Posted by : Nurulaprn
Sabtu, 01 Juli 2017
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling
tinggi derajatnya. Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketika
kekayaan manusia inilah yang membuat manusia disebut sebagai khalifah di bumi
ini. Tuntukan hidup manusia lebih dari pada tuntutan hidup makhluk lainnya yang
membuat manusia berfikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat
hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini
maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Setiap manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda
mengelompokkan
pandangan hidup yang berdeda-beda akan menciptakan paham
atau aliran. Pandangan hidup tidak terlepas dari masalah nilai dalam kehidupan
manusia. Jadi pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang
dihasilkan oleh akal budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan,
bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan.
Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah
yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu pandangan hidup juga
tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam
menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak hingga
dewasa.
Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak lepas juga
dengan pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan sebagainya
adalah berasal dari pendidikan.Oleh karena itu jika kita membahas tentang
pendangan hidup, tidak boleh lepas dari pendidikan manusia dapat berfikir ledih
kedepan mulai dari kehidupan baik lahir dan batin.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pandangan Hidup
Menurut Koentjaraningrat (1980) pandangan hidup adalah
nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh
para individu dan golongan didalam masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas
cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Sedangkan menurut Manuel Kaisiepo 1982,
pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada seorang pun tang
hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup
mencerminkan citra dari seseorang karena pandangan hidup itu mencerminkan
cita-cita atau aspirasinya.
Apa yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan hidup
karena dipengaruhi oleh pola berfikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit
dikatakan sesuatu itu pandangan hidup, sebab dapat pula hanya suatuidealisasi
belaka yang mengikuti kebiasaan berfikir yang sedang berlangsung di dalam
masyarakat. Setiap Bangsa, Negara maupun manusia yang ingin berdiri kokoh dan
mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapainya
sangatmemerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang jelas, suatu
Bangsa, Negara maupun manusia akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia
memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam gerak masyarakat yang semakin
maju. Berpedoman pada pandangan hidup itu pula seseorang akan mampu membangun
dirinya.
2.2 Cita-Cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada
dalam pikiran. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap
hidup. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita,
kebajikan, dan sikap hidup itu. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa
berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat
cita-cita, kebijakan dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung kepada
pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.Itulah sebabnya, cita-cita,
kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak
hasil seni yang melukiskan cita-cita, kebajikan, dan hidup seseorang. Cita-cita
ini perasaan hati yang merupakan suatu keinginan, kemauan, niat, atau harapan.
Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan
kedinamikan manusia.Ada tiga katagori keadaan hati seseorang, keras, lunak, dan
lemah. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya
tercapai. Ia tak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala kesulitan yang
dihadapinya. Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-citanya
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Orang yang berhati lemah, mudah
terpengaruhi oleh situasi dan kondisi. Cita-cita, keinginan, harapan, banyak
menimbulkan daya kreatifitas para seniman. Banyak hasil seni seperti: drama,
novel, film, musik, tari, filsafat yang lahir dari kandungan cita-cita,
keinginan, harapan dan tujuan.
2.3 Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan
kebaikan pada hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai
dengan norma-norma agama atau etika. Manusia adalah seorang pribadi yang utuh
yang terdiri atas jiwa dan badan. Manusia merupakan makhluk sosial: manusia
hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling
menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling
membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari
tiga segi, yaitu: manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat,
dan manusia sebagai makhluk Tuhan.Manusia sebagai pribadi dapat menentukan baik
dan buruk. Yang menentukan baik dan buruk itu suara hati. Suara hati itu
semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi
suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati masyarakat,
yang menentukan baik dan buruk adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia
adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Demikian
pula manusia sebagai makhluk Tuhan, manusia pun harus mendengar suara hati
Tuhan. Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelak
perbuatan yang tidak baik. Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras
dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan
berarti berkata sopan, santun, barbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah
tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang
melihatnya. Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung
kebajikan.
2.4 Usaha/Perjuangan
adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita, Setiap
Manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. sebagian kehidupan manusia
adalah perjuangan. Perjuangan untuk hidup merupakan kodrat manusia. Tanpa
perjuangan manusia tidak dapat hidup sempurna. Kerja keras dapat dilakukan
dengan otak/ilmu maupun tenaga/jasmani atau dengan keduanya. Untuk bekerja
keras manusia dibatasi oleh kemampuan, karena kemampuan itulah tingkat
kemakmuran manusia berbeda-beda.
2.5 Keyakinan/Kepercayaan
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution (bahan ceramah pada perantaran pengajar Ilmu Budaya
Dasar di Bukit Tinggi, 1981), menurut beliau ada tiga aliran filsafat:
a. Aliran
Naturalisme
Hidup manusia dihubungkan dengan kekuatan gaib yang
merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan natur itu dari
Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tinggi.
Tuhan menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum-hukumnya, secara mutlak di
kuasai Tuhan. Manusia sebagai makhluk tidak mampu menguasai alam ini karena
manusia itu lemah, manusia hanya dapat berusaha dan berencana tapi yang
menentukannya adalah Tuhan.
Bagi yang percaya pada Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan
tertinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, karena itu manusia mengabdi
pada ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama ada dua yaitu:
ü Ajaran agama yang
dogmatis yaitu yang di sampaikan Tuhan melalui Nabi-Nabi, sifatnya tetap dan
tidak berubah
ü Ajaran agama dari
pemuka-pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif
(terbatas) dan berubah sesuai dengan perkembangan agama.
Apabila aliran naturalisme ini di hubungkan dengan pandangan
hidup maka keyakinan manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi, pandangan hidup yang
dilandasi oleh ajaran-ajaran agama, manusia yakin bahwa kebajikan itu di ridhai
oleh Tuhan. Pandangan hidup yang dilandasi bahwa Tuhanlah kekuasaan tertinggi,
yang menentukan segala-galanya disebut pandangan hidup keagamaan (religius),
sebaliknya apabila manusia tidak mengakui adanya Tuhan, natur adalah kekuatan
tertinggi, maka keyakinan itu berasal dari natur dan pandangan hidup yang
dilandasi oleh natur, manusia yakin bahwa kebajikan itu kebajikan natur dan
pandangan hidup ini sifatnya ateistik. Disebut pandangan hidup komunisme.
b. Aliran
Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah akal atau logika. Manusia
mengutamakan akal, dengan akal manusia berfikir. Mana yang benar menurut akal
itulah yang baik, walaupun mungkin bertentangan dengan hati nurani . akal
berasal dari bahasa Arab yang artinya Kalbu yang berpusat dihati, sehingga
timbullah istilah “Hati Nurani” artinya daya rasa.
Apabila aliran ini di hubungkan dengan pandangan hidup, maka
keyahinan manusia itu bermula dari akal. Jadi, pandangan hidup itu dilandasi
oleh keyakinan, kebenaran yang diterima akal. Benar menurut akal itulah yang
baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal.
c. Aliran
Gabungan
Aliran gabungan adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan
gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai
dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar
tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika
berfikir maupun sebagai lohika rasa. Jadi, apa yang benar menurut logika
berfikir, juga dapat diterima oleh hati nurani. Logika berfikir tidak
ditekankan pada logika berfikit individu, melainkan logika berfikir kolektef
(masyarakat) pandangan hidup ini adalah disebut sosialisme akal dalam arti baik
sebagai logika berfikir maupun sebagai daya rasa, logika berfikir secara
individual maupun kolektif. Pandangan hidup ini disebut sosialisme religius.
Dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok. Pandangan hidup sosialisme
menekan pada logika berfikir kolektif, sedangkan pandangan hidup sosialisme religius
menekan pada logika berfikir kolektif dan individual. Pandangan hidup
sosialisme mengutamakan logika berfikir dari pada hati nurani, sedangkan
sosialisme religius mengutamakan kedua-duanya, logika berfikir dan hati nurani.
2.6 Langkah Berpandangan Hidup Yang Baik
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup apapun dan
bagaimanapun itu untuk dapat mencapai dan berhasil dalam kehidupan yang
diinginkannya. Tetapi apapun itu, yang terpenting adalah memiliki pandangan
hidup yang baik agar dapat mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik pula.
Adapun langkah-langkah berpandangan hidup yang baik yakni:
Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan
tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jal ini mengenal apa
itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu
pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan
hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia
itu belum turun ke dunia
Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah
mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu
sendiri. Bila dalam bemegara kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam
berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan
bagaimana mengatur kehidupan bemegara. Begitu juga bagi yang berpandangan hidup
pada agama Islam. Hendaknya kita mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak
itu dan bagaimana ketiganya itu mengatur kehidupan baik di dunia maupun di
akhirat.
Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah
menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita
memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hdiup itu
sendiri.
Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai
yang terkandung didalamnya, yaitu dengan memperluas dan mernperdalam
pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal yang berhubungan
dengan pandangan hidup, bertanya kepada orang yang dianggap lebih tahu dan
lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan
hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hidup kita akan memperoleh
mengenai kebenaran tentang pandangan hidup itu sendiri.
Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara
kemanusiaan, maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan maupun negara dan dari
kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini pandangan hidup yang telah
kita hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh
suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam
menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh
dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan
manfaatnya. Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh
pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup
dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akhirat.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang
kehidupannya. Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda dan
melahirkan suatu paham. Wujud pandangan hidup manusia berkaitan dengan
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita merupakan pandangan hidup di
masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui
tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan
kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan
dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap
orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan
tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan,
manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan
dalam memasyarakat menjadi tenang dan tentram.
3.2 Saran
Melalui kesempatan ini ada beberapa saran yang akan kami
sampaikan, saran tersebut sebagai berikut:
1. Tanamkan pandangan hidup atau prinsip hidup pada anak
sejak dini agar mereka kelak menjadi manusia yang bijak dan berwatak mulia.
2. Baiknya seorang
manusia memegang teguh pandangan hidup yang dimilikinya agar dalam kehidupannya
selalu melakukan kebajikan.
Sumber :
Ilmu budaya dasar
/ penysun , Djoko Widagdho dkk , - Ed , cet , 8 . – Jakarta : Bumi Aksara ,
2003 IX, 229 hlm ; 21 cm