Posted by : Nurulaprn
Sabtu, 28 Maret 2020
(Gambar : John F. Malta, The New York Times)
Virus corona adalah sebuah virus
penyebab penyakit yang mirip dengan flu. Dikenal juga dengan sebutan COVID-19,
virus corona masuk ke dalam kategori virus baru yang menyerang manusia.
Sehingga belum bisa diidentifikasi lebih lanjut soal perkembangan dan
vaksinnya. Mulanya, wabah dari virus ini ditemukan pertama kali di Wuhan,
China, pada Desember 2019 lalu. Karena penularan yang cepat, virus ini menyebar
ke wilayah lain bahkan hingga ke negara-negara lain di dunia. Seperti Jepang,
Korea, Italia, hingga sekarang masuk ke Indonesia Virus corona adalah virus
yang menyebabkan seseorang menderita infeksi pernapasan ringan hingga berat,
dengan gejala yang mirip seperti flu. Semua orang sama-sama memiliki
kemungkinan terjangkit virus ini. Mulai dari bayi, balita, anak-anak, orang
dewasa, hingga lansia. Pada kasus terberat,virus corona menyebabkan pneumonia
atau infeksi paru-paru, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS), serta bisa menyebabkan kematian (umumnya
karena disertai komplikasi penyakit lain).
Tak hanya menyebabkan penduduk bumi jatuh sakit
hingga meninggal, pandemi COVID-19 diyakini membawa perekonomian global
terseret ke dalam jurang resesi dan mimpi buruk bagi ekonomi tanah air pun kian
nyata. Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan saat ini jumlah
kasus infeksi COVID-19 di seluruh dunia mencapai 597.335 dan menyebabkan
kematian pada 27.365 orang. China (81.946 kasus) yang dulunya menjadi
episentrum penyebaran virus kini sudah disalip Amerika Serikat/AS (104.686
kasus) dan Italia (86.498 kasus).
Dua negara dengan perekonomian terbesar di muka bumi yakni bukan hanya rantai pasok saja yang terdampak, permintaan global juga turun. Hal ini diyakini oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) sebagai pemicu resesi global.
EIU meramal perekonomian global akan terkontraksi 2,2% pada 2020. Padahal perkiraan Produk Domestik Bruto (PDB) global sebelumnya diramal tumbuh 2,3%. Ekonomi AS diperkirakan terkontraksi 2,8% tahun ini, sementara PDB China hanya mampu tumbuh 1% dan menjadi pertumbuhan terendah dalam 30 tahun terakhir.Indonesia pun hanya ada diangka 1%.
Dua negara dengan perekonomian terbesar di muka bumi yakni bukan hanya rantai pasok saja yang terdampak, permintaan global juga turun. Hal ini diyakini oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) sebagai pemicu resesi global.
EIU meramal perekonomian global akan terkontraksi 2,2% pada 2020. Padahal perkiraan Produk Domestik Bruto (PDB) global sebelumnya diramal tumbuh 2,3%. Ekonomi AS diperkirakan terkontraksi 2,8% tahun ini, sementara PDB China hanya mampu tumbuh 1% dan menjadi pertumbuhan terendah dalam 30 tahun terakhir.Indonesia pun hanya ada diangka 1%.
Dampak ke Pariwisata dan Perdagangan
Sri Mulyani mengatakan, perekonomian
dunia dan Indonesia terdampak penyebaran virus corona. Bahkan proyeksi ekonomi
dunia direvisi dipangkas karena pandemi corona. Sementara dampak ke ekonomi Indonesia
dimulai dari sektor pariwisata. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini
menjelaskan, selain sektor pariwisata ada sektor perdagangan ekspor impor yang
terganggu.
“Jalur pariwisata jelas, distribusi dari perdagangan dan pasokan,
dulu kita mungkin dua minggu terakhir kita melihat 27% impor nonmigas dari Tiongkok,
16,7% ekspor kita ke Tiongkok. Jadi apakah China akan mengendalikan dan
me-recover itu akan sangat menentukan kita, dari sisi ekspor, impor dan
pariwisata,” jelasnya. (Economy.okezone.com)
Covid-19 berimbas secara langsung
pada pasar saham, industri manufaktur, dan pariwisata. Bahkan, posisi kurs
rupiah yang semakin melemah saat ini akan semakin memukul produktivitas
industri, neraca perdagangan, dan daya beli masyarakat. Menurut data Jakarta
Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah menembus angka Rp
16.608 per dollar AS pada 28 Maret 2020. Posisinya menjadi mata uang paling
lemah di Asia. Depresiasi mencapai 15,2 persen sejak awal Maret 2020 saat
pengumuman kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Padahal sebelumnya, kurs rupiah
sempat menguat pada level Rp 13.612 per dollar AS di awal 2020.
Selain melemahkan pertumbuhan
ekonomi, pandemi ini juga berpotensi mendorong peningkatan angka pengangguran
dan kemiskinan. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat jumlah penduduk di
sekitar garis kemiskinan yang masih sangat tinggi, meskipun persentase penduduk
di bawah garis kemiskinan mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
Per Maret 2019, penduduk golongan rentan miskin dan hampir miskin
di Indonesia mencapai 66,7 juta orang, atau hampir tiga kali lipat jumlah
penduduk di bawah garis kemiskinan (golongan miskin dan sangat miskin).
Sebagian besar dari golongan ini bekerja di sektor informal, termasuk yang
mengandalkan upah harian. Apabila penanganan pandemi berlangsung lama, periode
pembatasan dan penurunan mobilitas orang akan semakin panjang.
Akibatnya, golongan rentan miskin dan hampir miskin yang bekerja di
sektor informal dan mengandalkan upah harian akan sangat mudah kehilangan mata
pencaharian dan jatuh ke bawah garis kemiskinan.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan wabah virus Corona
diperkirakan menambah ketidakpastian ekonomi global tahun 2020.
"Pembangunan
ekonomi saat ini menunjukkan tantangan bagi kondisi global yang akan berlanjut
pada tahun 2020 walaupun tensi perdagangan lebih baik," katanya dalam
sambutan peluncuran Laporan Pembangunan Dunia (WDR) 2020 di Jakarta, Selasa.
Selain
virus Corona, disrupsi manufaktur global dan tensi geopolitik juga menjadi
tantangan yang juga membuat ketidakpastian ekonomi global.
Sedangkan
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut ekspor produk
industri dari Indonesia ke ina tak terdampak virus Corona, meskipun terdapat
kekhawatiran potensi ekonomi negeri tirai bambu akan melemah karena virus ini.
“Saya
kira belum ada dampak terhadap Corona ini. Memang ada yang mengkhawatirkan
ekonomi di Cina sendiri secara signifikan melemah akibat virus Corona ini. Itu
yang harus kita lihat perkembangannya," kata Menperin.
Menurut
Menperin, pihak otoritas Cina belum dapat memastikan lamanya masa inkubasi
terhadap virus ini, namun Indonesia akan mewaspadai kondisi-kondisi tersebut.
“Jadi,
saya sampaikan tadi ini something to be seen. Kita tetap harus waspada, kita
harus cermati. Bersyukur belum ada dampak," katanya.
Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengonfirmasi jumlah kasus
infeksi virus corona tipe baru bertambah menjadi 601.010 secara
global per 28 Januari 2020.
Dapat
disimpulkan DAMPAK EKONOMI RI akibat virus corona
·
Ekonomi
Indonesia turun 0,29 %
·
Impor dari China
distop
·
Maskapai stop
penerbangan ke dan dari China
·
Sektor
pariwisata terpengaruh
·
Harga bahan
pangan naik
·
Harga batu bara
naik
Dan DAMPAK GLOBAL akibat virus
corona
·
Ekonomi
Tiongkok diprediksi turun 1-2%
·
Bank dunia
revisi angka pertumbuhan ekonomi, diperkirakan turun
·
Maskapai
AS,Korsel,Australia,Jerman,Mesir, Stop penerbangan ke dan dari China
·
Sentimen negative
di pasar keuangan
·
Bursa saham Asia
berguguran
·
Artis K-pop
batalkan jadwal konser
Referensi :