Posted by : Nurulaprn Senin, 04 Juni 2018


RESENSI BUKU “PETER” Karya Risa Saraswati




Judul Buku                          : Peter
Penulis                                : Risa Saraswati
Tahun Terbit                       : 2016
Cetakan Ke                          : Pertama
Jumlah Halaman                 : 176 Halaman
Berat                                    : 0.2 kg
Lebar                                    : 14 cm
Penerbit                               : Bukune
Harga Buku                         : Rp. 55.000
ISBN                                       : 978-602-220-188-5


Sinopsis Buku :
                Peter adalah salah satu dari lima sahabat tak kasat mata Risa yaitu Hans,Hendrick,William,Jenshen,dan Peter. Peter Van Gils, seorang keturunan Belanda tulen yang dilahirkan di Indonesia dari pasangan Albertus Van Gils dan Beatrice Van Gils . Keluarga mereka tinggal dan hidup di Jawa Barat. Peter adalah anak satu-satunya dari perempuan cantik bernama Beatrice Van Gils yang mendidiknya  dengan penuh kasih sayang dan lemah lembut, juga papanya Albertus Van Gils yang mendidik Peter dengan sikap yang sangat berkebalikan dengan ibunya. Albert mendidik Peter dengan cara yang tegas dan disiplin,tak jarang Peter menangis karena sikap papanya yang galak. Bukan tanpa alasan Albert mendidik anaknya dengan cara seperti itu,karena Albert sendiri pun hidup dalam didikan keluarga militer.
                Peter Van Gils, bukan sembarang anak Belanda . Orangtuanya punya peran penting semasa hidupnya,terutama sang papa. Peter tumbuh dalam keluarga kaya yang tak kekurangan apapun. Meski hidup di tanah jajahan, keluarga itu lumayan terpandang. Di tempat mereka tinggal,di sebuah kota kecil ,tidak ada seorang pun yang tak kenal keluarga mereka, keluarga Van Gils. Wajar jika Peter gemar memerintah sahabat-sahabat Risa yang lain. Seumur hidupnya, itu yang ia lakukan. Sebagai anak semata wayang, Peter hanya ditemani para pengasuh dan pembantu rumah tangga yang bisa dia perintah dengan sesuka hati. Kebiasaan itu pun terbawa sampai ia sudah menjadi hantu. Tidak hanya Risa, empat sahabat tak kasat  matanya pun sering kewalahan menghadapi sikap Peter yang ingin menang sendiri dan suka memerintah.
                Pada waktu itu, umurnya masih 6 tahun dan ia belum bersekolah. Peter sangat ingin bersekolah, karena itu Peter meminta kepada orangtuanya untuk menyekolahkannya. Awalnya Albert tidak mengizinkan anaknya bersekolah,karena sekolah terdekat dari rumah mereka adalah sekolah yang mayoritasnya pribumi. Ia tidak menginginkan anaknya bergaul dengan pribumi, meskipun di sekolah itu juga ada beberapa anak Belanda. Ia menghendaki anaknya untuk belajar di rumah saja dengan mendatangkan guru terbaik yang bisa mendidik Peter jauh lebih baik dari guru-guru di sekolah pribumi itu. Namun keinginan Peter tetap kuat, ia tetap ingin bersekolah. Ia ingin memiliki teman. Akhirnya Albert luluh, ia mengizinkan anaknya bersekolah. Kejadian di sekolah ternyata tidak seperti yang Peter bayangkan, semua anak termasuk anak keturunan Belanda justru memusuhi dan mengejek Peter karena ketidakpandaiannya. Hal itu membuat ia tak ingin kembali ke sekolah lagi. Sampai pada akhirnya ia dididik oleh Nafiah, setelah sebelumnya tidak ada guru yang mampu mengatasi tingkah nakal Peter. Cara mendidik Nafiah sungguh berbeda dari guru yang mengajar Peter selama ini. Peter suka dengan cara Nafiah mendidiknya. Hingga suatu hari ketika ia hendak belajar dengan Nafiah , Peter mendengar pembicaraan Nafiah dengan Siti pengasuhnya. Mereka sedang membicarakan Nippon yang pada masa itu siap menduduki Indonesia.
                Lalu di novel ini juga disebutkan bagaimana peter dalam akhir hayatnya,hubungan kedatangan Nippon ke Indonesia dengan kematian keluarga Van Gills . Di bagian akhir novel sangat jelas diceritakan masa-masa kedatangan Nippon ke Indonesia dan pengaruhnya terhadap keluarga Netherlands.

Kelebihan Buku :
                Novel ini adalah novel yang sangat menarik untuk dibaca,target pembacanya adalah semua usia,namun sangat tepat untuk remaja yang menggemari cerita fiksi dari kisah nyata yang dialami Risa Saraswati ini . Alur yang ada pada cerita ini tertata dengan rapi. Meskipun waktunya berpindah-pindah dari masa lalu ke sekarang, kemudian sebaliknya. Namun, tidak membuat bingung pembacanya. Hal yang menarik di novel ini adalah terletak pada cara Risa Saraswati menggambarkan tiap-tiap kejadian. Pembaca dibuat seolah terlibat langsung dalam kejadian itu.
Dilihat dari keseluruhan, novel ini sangat disarankan untuk dibaca. Dengan membaca novel ini secara tidak langsung pembaca bisa belajar sejarah dan mengetahui salah satu dari banyaknya peristiwa yang terjadi di zaman penjajahan dahulu.

Kekurangan Buku :
                Bercerita tentang anak Belanda dan keluarganya, tentunya bahasa Belanda yang digunakan dalam penulisan novel ini pun cukup banyak. Sayangnya, bahasa Belanda yang digunakan itu beberapa tidak diikuti dengan terjemahan bahasa Indonesia mengingat novel ini terbit di Indonesia. Jadi pembaca tidak paham dengan kata-kata yang dimaksudkan. Penggunaan kata-kata yang tidak pantas seperti dalam menyebutkan seorang bawahan atau pengasuh dibuku ini menggunakan kata “jongos” atau “babu” untuk menggambarkan sifat kasar seorang Netherlands.        

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Coretan Mahasiswi - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -