Archive for Juli 2017
MANUSIA DAN HARAPAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda. Manusia
tanpa adanya harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang meninggal
sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada
usaha orang yang mempunyai harapan itu sendiri. Harapan berasal dari kata harap
yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu
yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan
kita.
Harapan berasal dan kata harap yang berarti keinginan supaya
sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat
terjadi. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian
tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang.
Harapan bukan hanya terucap dari mulut saja melain dan dengan usaha dan doa,
tanpa usaha dan doa pasti harapan terbuang dengan sia-sia. Harapan juga, harus
dibarengi oleh rasa optimis karena optimis adalah factor mengharapkan sesuatu
yang terbaik dari situasi tertentu.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Harapan 
            Setiap
manusia mempunyai  harapan. Manusia yang
tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam bidup. Orang yang akan meninggal
sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
            Harapan
tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan masing-masing.   Misalnya, Budi
yang hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli
mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang bcrlebihan tentu menjadi buah
tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti peribahasa “Si pungguk
merindukan bulan”
            Berhasil
atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan,
misalnya Rafiq mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan datang, tetapi tidak
ada usaha, tidak pemah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian dengan santai.
Bagaimana Rafiq memperoleh nilai A, lulus pun mungkin tidak.
            Harapan
harus berdasarkan  kepercayaan,  baik kepercayaan  pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada
Tuhan  Yang Maha Esa. Agar harapan
terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh.   Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha
dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
            Harapan 
berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi;
sehingga harapan  berarti sesuatu yang
diinginkan  dapat terjadi, Dengan
demikian  harapan menyangkut masa  depan.
Contoh:
* Budi  seorang  mahasiswa 
STMIK  Gunadarrna,  ia rajin belajar  dengan 
harapan  didalam ujian  semester 
mendapatkan   angka  yang baik
* Hadir  seorang  wiraswasta 
yang rajin.  Sejak mulai  menggarap 
usahanya  ia mempunyai
harapan  usahanya  menjadi 
besar dan maju. Ia yakin usahanya menjadi kenyataan,karena itu
berusaha  bersungguh-sungguh   dengan 
usahanya.
            Dari  kedua 
contoh  itu terlihat,  apa yang diharapkan  Budi 
dan  Hadir  ialah 
teljadinya buah  keinginan.  karena 
itu mereka  bekerja  keras. 
Budi  belajar  tanpa 
mengenal  waktu  dan Hadir bekerja tanpa mengenallelah.   Semuanya itu dengan suatu keyakinan  demi terwujudnya apa yang diharapkan.       Jadi untuk mewujudkan  harapan 
itu harus disertai  dengan  usaha 
yang sesuai  dengan   apa 
yang  diharapkan   BHa dibandingkan   dengan 
cita-cita   , maka  harapan mengandung  pengertian 
tidak  terlalu muluk: sedangkan
eita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. 
Antar  harapan  dan 
cita-cita  terdapat  persamaam 
yaitu  :
*   keduanya  menyangkut 
masa  depan  karena 
belurn terwujud
* pada  urnurnnya  dengan 
cita-cita  maupun  harapan 
orang  menginginkan   hal 
yang  lebih baik  atau meningkat.
2.2 Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan 
           
Menurut  kodratnya  manusia 
itu adalah mahluk  sosial. Setiap
lahir ke dunia langusung disambut dalam suatu pergaulan hidup. yakni di tengah
suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. 
Tidak  ada  satu 
manusiapun   yang  luput 
dari  pergaulan  hidup. 
Ditengah-tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan
berkembang baik fisik/jasmani maupun 
mental! spiritualnya.  Ada dua hal
yang mendorong  orang hidup bergaul
dengan  manusia  lain. yakni dorongan  kodrat 
dan dorongan  kebutuhan  hidup.
Dorongan  kodrat
            Kodrat
ialah sitar, keadaan  atau pembawaan  alamiah 
yang sudah terjelma  dalam  diri manusia 
sejak manusia  itu diciptakan  oleh Tuhan.Misalnya  menangis, 
bergembira,  berpikir, berjalan,
berkata, mempunyai keturunan   dan  scbagainya. Setiap manusia  mempunyai kemampuan untuk itu semua.
           
Dorongan  kodrat menyebabkan
manusia mempunyai  keinginan  atau harapan, 
misalnya menangis, tertawa, bergembira dan  sebagainya. Seperti   halnya 
orang   yang  menonton Pertunjukan  lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga
mengharapkan agar penonton  tertawa
terbahak-bahak.   Apabila  penonton 
tidak  tertawa,  harapan 
kedua  belah  pihak 
gagal,  justru sedihlah  mereka.
           
Kodrat  juga   terdapat  
pada  binatang   dan 
tumbuh-tumbuhan, karena 
binatang  dan tumbuhan  perlu makan, berkembang  biak dan mati. Yang mirip dengan  kodrat manusia  ialah kodrat 
binatang. walau  bagaimanapun   juga 
besar  sekali  perbedaannya.   Perbedaan  
antara kedua  mahluk   itu, 
ialah  bahwa  manusia  
memiliki  budi  dan 
kehendak,   Budi  ialah 
akal, kemampuan  untuk
memilih.  Kedua hal tersebut tidak dapat
dipisahkan,  sebab bila orang akan memilih,  ia harus mengetahui  lebih dahulu barang yang dipilihnya.  Dengan 
budinya  manusia dapat  mengetahui 
mana  yang baik dan mana  yang buruk, 
mana  yang benar dan mana  yang salah, 
dan  dengan  kehendaknya 
manusia  dapat  memilih.
            Dalam  diri 
manusia  masing-masing sudah  terjelma  
sifat,  kodrat pembawaan  dan kemampuan   untuk hidup bergaul, hidup
berrnasyarakat  atau hidup bcrsama
dengan  manusia lain. Dengan  kodrat 
ini, maka  manusia  mempunyai 
harapan.
Dorongan 
kebutuhan  hidup
            Sudah
kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam  kebutuhan hidup. Kebutuhan   hidup 
itu  pada  garis 
besarnya  dapat  dibedakan menjadi  kebutuhan 
jasmani   dan kebutuhan  rohani. Kebutuhan  jasmaniah 
misalnya  : makan,  minum. 
pakaian,  rumah.  (sandang, 
pangan. dan  papan).  ketenangan, 
hiburan,  dan keberhasilan.
            Untuk  memenuhi  
semua  kebutuhan  itu manusia 
bekerja  sama  dengan 
manusia  lain. Hal  ini disebabkan.  kemampuan 
manusia  sangat terbatas,  baik 
kemampuan   fisik/jasmaniah
maupun  kemampuan   berpikirnya.
            Dengan
adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai
harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Menurut  Abraham  Maslow 
sesuai dengan kodratnya 
harapan  manusia  atau kebutuhan manusia  itu ialah 
:
a)   
kelangsungan   hidup  (survival)
b)    keamanan  ( safety)
c)     hak  dan 
kewajiban  mencintai  dan 
dicintai  (beloving  and love)
d)    diakui  lingkungan 
(status)
e)    perwujudan   cita-cita (self actualization)
Kelangsungan 
hidup  (survival)
            Untuk
melangsungkan  hidupnya  manusia membutuhkan  sandang, pangan  dan papan(tempat  tinggal). Kebutuhan  kelangsungan 
hidup  ini terlihat  sejak 
bayi lahir.
           
Setiap  bayi  begitu 
lahir  di  bumi 
menangis;  ia  telah 
mengharapkan   diberi  makan/ minum. 
Kebutuhan  akan makan/minum   ini terus berkembang  sesuai 
dengan  perkembangan hidup  manusia
Sandang,  semula  hanya berupa perlindungan/keamanan,   untuk 
melindungi  dirinya  dari cuaca. 
Tetapi  dalam  perkembangan  
hidupnya,  sandang  tidak 
hanya  sebagai  perlindungan kemanan,  tetapi 
lebih  cendenmg  kepada 
kebutuhan  lain.
            Papan  yang 
dimaksud  adalah  tempat 
tinggal  atau  rumah. 
Rumah  kebutuhan   primer manusia,  karena 
rumah  itu sebagai  tempat berlindung,  dari panas, 
gelap,  dan  sebagainya.
            Untuk  mencukupi 
kebutuhan  pangan,  sandang, 
dan  papan  itu, maka 
manusia  sejak kecil  telah 
mulai  belajar.  Dengan 
pengetahuan   yang  tinggi 
harapan  memperolleh   pangan, sandang,  dan papan 
yang layak  akan terpenuhi.  Atau tiap manusia  perlu kerja keras dengan harapan  apa 
yang  diinginkan  : pangan, 
sandang  dan papan  yang 
layak  terpenuhi.
Keamanan
            Setiap
orang membutuhkan  keamanan.Sejak seorang
anak lahir ia telah membutuhkan keamanan. 
Begitu  lahir, dengan  suara tangis, itu pertanda  minta perlindungan. Setelah agak besar,  setiap 
anak menangis  dia akan diam  setelah dipeluk  oleh 
ibunya.  Setelah  bertambah besar  ia ingin 
dilindungi.  Rasa  aman   
tidak harus  diwujudkan   dengan 
perlindungan  yang nampak, secara
moral pun orang lain dapat memberi  rasa
aman. Dalam  hal ini agama  sering merupakan cara memperoleh    kemanan  
moril  bagi  pemiliknya. Walaupun  secara fisik keadaannya  dalam 
bahaya, keyakinan  bahwa Tuhan
memberikan  perlindungan  berarti sudah memberikan   keamanan 
yang diharapkan.
Hak  dan  kewajiban mencintai dan dicintai
            Tiap orang
mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula
kesadaran akan hak dan kewajiban.Karenaitu tidakjarang anak-anak remaja
mengatakan kepada ayah atau ibu. “Ibu ini kok menganggap Reny masih keeil saja,
semua diatur!” ltu suatu pertanda bahwa anak 
itu telah tambah kesadaran akan hak dan kewajibannya.
            Bila
seorang telah menginjak dewasa, maka ia merasa sudah dewasa, sehingga sudah
saatnya mempunyai harapan untuk dicintai dan mencintai.Pada saat seperti ini
remaja banyak mengkhayal. Ia telah sadar akan keberadaannya.Pada usia itu,
biasanya terjadi konflik batin pada dirinya dengan pihak orang tua. Sebab
umumnya remaja mulai menentang sifat-sifat orang tua yang dianggap tidak sesuai
dengan alamnya.
Status
            Setiap
manusia membutuhkanstatus. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup. Dalam lagu
“untuk apa” ada lirik yang berbunyi “aku ini anak siapa, mengapa aku ini
dilahirkan”, Dari bagian lirik itu kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa
setiap manusia yang lahir di bwni  ini
tentu akan bertanya tentang statusnya. Status keberadaannya. Status dalam
keluarga, status dalam masyarakat, dan status dalam negara. Status itu penting,
karena dengan status orang tahu siapa dia Harga diri orang antara lain melekat
pada status orang.itu. Misalnya ada anak haram, biarpun anak haram itu tingkah
lakunya baik dan tidak berdosa sebab yang berdosa orang tuanya, namun
masyarakat tetap memberikan cap yang negatif. Bahkan ada orang yang berpendapat
jangan memberi makan/pertolongan kepada anak jadah (haram). Alangkah kejamnya
manusia itu dengan adanya harapan untuk memperoleh status ini berarti orang
menguasai hak milik nama baik, ingin berprestasi, ingin mengingkatkan harga
diri, dan sebagainya
Perwujudan  cita-cita
           
Selanjutnya manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan
keahliannya atau kepangakatannya  atau
profesinya. Pada  saar itu manusia
mengembangkan  bakat  atau kepandaiannya agar ia diterima atau
diakui kehebatannya.
2.3 Kepercayaan 
           
Kepercayaan berasal dari kata percaya. Artinya mengakui atau meyakini
akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan
atau keyakinan akan kebenaran. Ada ucapan yang sering kita dengar ia tidak
percaya pada diri sendiri saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita
itu kurang dapat dipercaya. Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah
kita harus percaya akan nasehat-nasehat kyai itu, karena nasehat-nasehat itu
diambil dari ajaran Al-Quran.
            Dengan
contoh berbagai kalimat yang sering kita dengan dalam ucapan sehari-hari itu,
maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
            Ada
jenis  pengetahuan  yang dimiliki seseorang. bukan  karena 
merupakan  hasil penyelidikan
sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang
didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang lain itu dapat
dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya. melainkan orang yang
memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari
orang lain atas kewibawaann yaitu disebut kepercayaan. Makin  besar 
kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan  itu makin 
besar kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap
diwahyukan  artinya diberitahukan oleh
Tuhan – langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi
kebenaran itu ada yang melebihi besamya . Kepercayaan dalam agama merupakan
keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri
menimbulkan juga hak bcr agama menurut keyakinan.
            Dalam hal
beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang
beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Kebenaran
            Kebenaran
atau benar amat penting bagi manusia. Setiap orang mendambakannya, karena ia
mempunyai arti khusus bagi hidupnya. Ia merupakan fokus dari segala pikiran,
sikap dan perasaan.
            Dalam
tingkah laku,ucapan,perbuatan manusia selalu berhati-hati agar mereka tidak
mcnyimpang dan kebenaran.Manusia sadar, bahwa ketidakbenaran dalam bertindak ,
berucap maupun bertindak dapat mencemarkan atau menjatuhkan namanya, seperti
peribahasa yang mengatakan, “sekali lancung ke ujian, selama hidup orang tak
percaya”, karena itu, wajadah kalau ketidakbenaran dapat berakibat kegelisahan,
ketidakpastian, dan kedukaan.
            Dalam  agama 
Budha  ada ajaran yang
dinamakan  “jalan  utama 
delapan  ruang”. Yang isinya,  agar setiap pemeluknya  memiliki pandangan  yang benar, perbuatan  yang benar, 
mata percaharian   yang  benar, 
permatian  yang benar,  dan 
konsentrasi  yang  benar.
Tujuan  ajaran itu
agar pemeluknya  tidak mengalami  duka, kegelisahan,dan ketidakpastian.
Ajaran  kebenaran  itu juga 
kita temui  dalam agama-agama  lain.
Jelaslah bagi kita, bahwa kebenaran atau benar
merupakan  kunci kebahagiaan  manusia. Itulah   sebabnya  
manusia selalu berusaha mencari 
mempertahankan, mernperjuangkan kebenaran. Dr.Yuyun  Suriasumantri 
dalam bukunya  “filsafat  IImu, sebuah pengantar  Populer 
ada tiga teori  kebenaran  sebagai 
berikut  :
1)    Teori  koherensi 
atau konsistensi
            Yaitu suatu pemyataan dianggap benar
bila pemyataan itu bersifat koherensi atau konsisten dengan  pemyataan-pemyataan    sebelumnya 
yang  dianggap  benar.
Contoh  : setiap  manusia 
akan mati.  Paul  Manusia. 
Paul  akan mati
2)    Teori  korespondensi
            Suatu  teori 
yang  menjalankan  bahwa 
suatu pemyataan  benar  bila 
materi  pengetahuan yang dikandung  pemyataan 
itu berkorenponden(berhubungan) 
dengan obyek yang dituju oleh 
pernyataan   tersebut.
Contoh  : Jakarta  itu ibukota 
republik  Indonesia
3)    Teori  pragrnatis
           
Kebenaran  suatu pemyataan  diukur dengan 
kriteria  apakah  pemyataan 
tersebut  bersifat fungsional  dalam 
kehidupan  praktis.
            Dalam  berbagai 
jenis  kebenaran tersebut  yang 
selalu  diusahakan   dan 
dijaga  ialah kebenaran dalam
bertindak, berbuat, berucap, berupaya, dan berpendapat, Sebab ketidakbenaran
dalam  hal-hal  itu 
akan  langsung  mencemarkan atau menjatuhkan  nama 
baiknya,  sehingga orang  tidak 
mempercayainya   lagi.
2.4 Berbagai Kepercayaan dan Usaha Mengingatkannya 
            Dasar
kepercayaan  adalah kebenaran. Sumber
kebenaran  adalah manusia. Kepercayaan
itu dapat  dibedakan  atas  :
1.   Kepercayaan pada
diri sendiri
           
Kepercayaan  pada diri sendiri itu
ditanarnkan setiap pribadi manusia. Percaya 
pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa,
Percaya pada diri sendiri, menganggap 
dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang
diserahkan atau dipercayakan   kepadanya.
2.    Kepercayaan  kepada 
orang lain
            Percaya
kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru,
atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap
kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap
kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karena ucapannya.
Misalnya, orang yang berjanji sesuatu harus dipenuhi, meskipun janji itu tidak
terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
3.   Kepercayaan
kepada pemerintah
           
Berdasarkan pandanganteokratis menurut etika, filsafat tingkah laku
karya Prof.Ir.Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung
memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik
kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban
kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai
kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan).
            Pandangan
demokratis mengatakanbahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik
rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya
realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang.
mempunyai arti  hanya dalam masyarakat,
negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak
pada negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang
mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya
mempunyai kewajiban (negara diktator)
            Jelaslah
bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau
pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karcna itu wajarlah
kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
4.   Kepercayaan
kepada Tuhan
           
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena
keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tctapi diciptakan oleh Tuhan.
Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaanitu amat
penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia
dcngan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak
mcmpunyai kepercayaan kcpada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang
mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia  berusaha agar mendapat pertolongan dari
padanya, manusia harus percaya kcpada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu
menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi
yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekoensinya tiap-tiap umat
beragama dalam melakukan pemujaan kcpada zat tersebut.
            Berbagai
usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan 
rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha 
itu  bergantung   kepada 
pribadi  kondisi, situasi,
dan  lingkungan. Usaha itu antara lain :
a)  meningkatkan   ketaqwaan 
kita dengan jalan 
meningkatkan   ibadah
b)  meningkatkan   pengabdian 
kita kepada  masyarakat
c)  meningkatkan   kecintaan  
kita  kepada  sesama 
manusia  dengan  jalan  
suka  menolong. dermawan,  dan 
sebagainya
d)  mengurangi  nafsu 
mengumpulkan harta  yang
berlebihan
e)    menekan  perasaan 
negatif  seperti  iri, dengki, fitnah, dan sebagainya
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada hakekatnya pandangan hidup dan manusia itu sangat
berkaitan dan sangat dibutuhkan. Karena pandangan hidup merupakan adalah
pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan,petunjuk
hidup didunia. Pandangan hidup manusia harus direalisasikan dalam hal yang baik
dan positif. Hal-hal yang bisa membentuk pandangan hidup manusia  diantaranya faktor kondisi, faktor
lingkungan, serta faktor dari dalam diri manusia itu sendiri. Dan unsur-unsur
dari pandangan hidup manusia yaitu cita-cita, kebajikan, usaha/pekerjaan dan
kepercayaan/keyakinan.
3.2 Saran 
       Dengan
pembahasan makalah tentang manusia dan pandangan hidup ini, kita dapat
mengetahui pandangan hidup untuk manusia serta berbagai hal serta unsur-unsur
pembentuknya. Dan kita bisa mengimplementasikan pandangan hidup tersebutdalam
hal positif.
sumber : 
Buku IBD Drs. DJOKO WIDAGDHO, dkk
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling
tinggi derajatnya. Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketika
kekayaan manusia inilah yang membuat manusia disebut sebagai khalifah di bumi
ini. Tuntukan hidup manusia lebih dari pada tuntutan hidup makhluk lainnya yang
membuat manusia berfikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat
hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini
maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Setiap manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda
mengelompokkan
pandangan hidup yang berdeda-beda akan menciptakan paham
atau aliran. Pandangan hidup tidak terlepas dari masalah nilai dalam kehidupan
manusia. Jadi pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang
dihasilkan oleh akal budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan,
bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan.
Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah
yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu pandangan hidup juga
tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam
menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak hingga
dewasa.
Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak lepas juga
dengan pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan sebagainya
adalah berasal dari pendidikan.Oleh karena itu jika kita membahas tentang
pendangan hidup, tidak boleh lepas dari pendidikan manusia dapat berfikir ledih
kedepan mulai dari kehidupan baik lahir dan batin.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pandangan Hidup
Menurut Koentjaraningrat (1980) pandangan hidup adalah
nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh
para individu dan golongan didalam masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas
cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Sedangkan menurut Manuel Kaisiepo 1982,
pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada seorang pun tang
hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup
mencerminkan citra dari seseorang karena pandangan hidup itu mencerminkan
cita-cita atau aspirasinya.
Apa yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan hidup
karena dipengaruhi oleh pola berfikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit
dikatakan sesuatu itu pandangan hidup, sebab dapat pula hanya suatuidealisasi
belaka yang mengikuti kebiasaan berfikir yang sedang berlangsung di dalam
masyarakat. Setiap Bangsa, Negara maupun manusia yang ingin berdiri kokoh dan
mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapainya
sangatmemerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang jelas, suatu
Bangsa, Negara maupun manusia akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia
memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam gerak masyarakat yang semakin
maju. Berpedoman pada pandangan hidup itu pula seseorang akan mampu membangun
dirinya.
2.2 Cita-Cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada
dalam pikiran. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap
hidup. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita,
kebajikan, dan sikap hidup itu. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa
berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat
cita-cita, kebijakan dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung kepada
pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.Itulah sebabnya, cita-cita,
kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak
hasil seni yang melukiskan cita-cita, kebajikan, dan hidup seseorang. Cita-cita
ini perasaan hati yang merupakan suatu keinginan, kemauan, niat, atau harapan.
Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan
kedinamikan manusia.Ada tiga katagori keadaan hati seseorang, keras, lunak, dan
lemah. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya
tercapai. Ia tak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala kesulitan yang
dihadapinya. Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-citanya
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Orang yang berhati lemah, mudah
terpengaruhi oleh situasi dan kondisi. Cita-cita, keinginan, harapan, banyak
menimbulkan daya kreatifitas para seniman. Banyak hasil seni seperti: drama,
novel, film, musik, tari, filsafat yang lahir dari kandungan cita-cita,
keinginan, harapan dan tujuan.
2.3 Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan
kebaikan pada hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai
dengan norma-norma agama atau etika. Manusia adalah seorang pribadi yang utuh
yang terdiri atas jiwa dan badan. Manusia merupakan makhluk sosial: manusia
hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling
menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling
membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari
tiga segi, yaitu: manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat,
dan manusia sebagai makhluk Tuhan.Manusia sebagai pribadi dapat menentukan baik
dan buruk. Yang menentukan baik dan buruk itu suara hati. Suara hati itu
semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi
suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati masyarakat,
yang menentukan baik dan buruk adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia
adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Demikian
pula manusia sebagai makhluk Tuhan, manusia pun harus mendengar suara hati
Tuhan. Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelak
perbuatan yang tidak baik. Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras
dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan
berarti berkata sopan, santun, barbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah
tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang
melihatnya. Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung
kebajikan.
2.4 Usaha/Perjuangan
adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita, Setiap
Manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. sebagian kehidupan manusia
adalah perjuangan. Perjuangan untuk hidup merupakan kodrat manusia. Tanpa
perjuangan manusia tidak dapat hidup sempurna. Kerja keras dapat dilakukan
dengan otak/ilmu maupun tenaga/jasmani atau dengan keduanya. Untuk bekerja
keras manusia dibatasi oleh kemampuan, karena kemampuan itulah tingkat
kemakmuran manusia berbeda-beda.
2.5 Keyakinan/Kepercayaan
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution (bahan  ceramah pada perantaran pengajar Ilmu Budaya
Dasar di Bukit Tinggi, 1981), menurut beliau ada tiga aliran filsafat:
a.      Aliran
Naturalisme
Hidup manusia dihubungkan dengan kekuatan gaib yang
merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan natur itu dari
Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tinggi.
Tuhan menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum-hukumnya, secara mutlak di
kuasai Tuhan. Manusia sebagai makhluk tidak mampu menguasai alam ini karena
manusia itu lemah, manusia hanya dapat berusaha dan berencana tapi yang
menentukannya adalah Tuhan.
Bagi yang percaya pada Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan
tertinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, karena itu manusia mengabdi
pada ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama ada dua yaitu:
ü  Ajaran agama yang
dogmatis yaitu yang di sampaikan Tuhan melalui Nabi-Nabi, sifatnya tetap dan
tidak berubah
ü  Ajaran agama dari
pemuka-pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif
(terbatas) dan berubah sesuai dengan perkembangan agama.
Apabila aliran naturalisme ini di hubungkan dengan pandangan
hidup maka keyakinan manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi, pandangan hidup yang
dilandasi oleh ajaran-ajaran agama, manusia yakin bahwa kebajikan itu di ridhai
oleh Tuhan. Pandangan hidup yang dilandasi bahwa Tuhanlah kekuasaan tertinggi,
yang menentukan segala-galanya disebut pandangan hidup keagamaan (religius),
sebaliknya apabila manusia tidak mengakui adanya Tuhan, natur adalah kekuatan
tertinggi, maka keyakinan itu berasal dari natur dan pandangan hidup yang
dilandasi oleh natur, manusia yakin bahwa kebajikan itu kebajikan natur dan
pandangan hidup ini sifatnya ateistik. Disebut pandangan hidup komunisme.
b.      Aliran
Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah akal atau logika. Manusia
mengutamakan akal, dengan akal manusia berfikir. Mana yang benar menurut akal
itulah yang baik, walaupun mungkin bertentangan dengan hati nurani . akal
berasal dari bahasa Arab yang artinya Kalbu yang berpusat dihati, sehingga
timbullah istilah “Hati Nurani” artinya daya rasa.
Apabila aliran ini di hubungkan dengan pandangan hidup, maka
keyahinan manusia itu bermula dari akal. Jadi, pandangan hidup itu dilandasi
oleh keyakinan, kebenaran yang diterima akal. Benar menurut akal itulah yang
baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal.
c.       Aliran
Gabungan
Aliran gabungan adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan
gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai
dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar
tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika
berfikir maupun sebagai lohika rasa. Jadi, apa yang benar menurut logika
berfikir, juga dapat diterima oleh hati nurani. Logika berfikir tidak
ditekankan pada logika berfikit individu, melainkan logika berfikir kolektef
(masyarakat) pandangan hidup ini adalah disebut sosialisme akal dalam arti baik
sebagai logika berfikir maupun sebagai daya rasa, logika berfikir secara
individual maupun kolektif. Pandangan hidup ini disebut sosialisme religius.
Dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok. Pandangan hidup sosialisme
menekan pada logika berfikir kolektif, sedangkan pandangan hidup sosialisme religius
menekan pada logika berfikir kolektif dan individual. Pandangan hidup
sosialisme mengutamakan logika berfikir dari pada hati nurani, sedangkan
sosialisme religius mengutamakan kedua-duanya, logika berfikir dan hati nurani.
2.6 Langkah Berpandangan Hidup Yang Baik
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup apapun dan
bagaimanapun itu untuk dapat mencapai dan berhasil dalam kehidupan yang
diinginkannya. Tetapi apapun itu, yang terpenting adalah memiliki pandangan
hidup yang baik agar dapat mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik pula.
Adapun langkah-langkah berpandangan hidup yang baik yakni:
Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan
tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jal ini mengenal apa
itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu
pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan
hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia
itu belum turun ke dunia
Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah
mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu
sendiri. Bila dalam bemegara kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam
berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan
bagaimana mengatur kehidupan bemegara. Begitu juga bagi yang berpandangan hidup
pada agama Islam. Hendaknya kita mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak
itu dan bagaimana ketiganya itu mengatur kehidupan baik di dunia maupun di
akhirat.
Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah
menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita
memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hdiup itu
sendiri.
Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai
yang terkandung didalamnya, yaitu dengan memperluas dan mernperdalam
pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal yang berhubungan
dengan pandangan hidup, bertanya kepada orang yang dianggap lebih tahu dan
lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan
hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hidup kita akan memperoleh
mengenai kebenaran tentang pandangan hidup itu sendiri.
Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara
kemanusiaan, maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan maupun negara dan dari
kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini pandangan hidup yang telah
kita hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh
suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam
menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh
dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan
manfaatnya. Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh
pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup
dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akhirat.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang
kehidupannya. Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda dan
melahirkan suatu paham. Wujud pandangan hidup manusia berkaitan dengan
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita merupakan pandangan hidup di
masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui
tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan
kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan
dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap
orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan
tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan,
manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan
dalam memasyarakat menjadi tenang dan tentram.
3.2 Saran
Melalui kesempatan ini ada beberapa saran yang akan kami
sampaikan, saran tersebut sebagai berikut:
1. Tanamkan pandangan hidup atau prinsip hidup pada anak
sejak dini agar mereka kelak menjadi manusia yang bijak dan berwatak mulia.
2.  Baiknya seorang
manusia memegang teguh pandangan hidup yang dimilikinya agar dalam kehidupannya
selalu melakukan kebajikan.
Sumber :
     Ilmu budaya dasar
/ penysun , Djoko Widagdho dkk , - Ed , cet , 8 . – Jakarta : Bumi Aksara ,
2003 IX, 229 hlm ; 21 cm
MANUSIA DAN KEADILAN
1.1 Latar Belakang 
 Tugas  ini dibuat untuk mengetahui apakah yang
dimaksud dengan keadilan dalam kehidupan manusia. Kami menyusun makalah ini
dengan beberapa referensi sehingga makalah ini bersifat comprehensive dan
universal yang membahas secara luas dan dalam pandangan umum. Karena pada
dasarnya dalam unsur hidup manusia harus ada keadilan untuk menentukan antara
kebenaran dan kebohongan / kecurangan.
          Diharapkan
dengan adanya tugas ini ,  kami dapat
membantu dalam pembahasan dan pandangan mengenai hubungan Manusia dan Keadilan 
BAB 2 PEMBAHASAN 
2.1 Pengertian Keadilan 
Menurut Aristoteles, Keadilan adalah kelayakan dalam
tindakan manusia.
 Keadilan oleh Plato
diproyeksikan pada diri manusia  sehingga
yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya
dikendalikan oleh akal.
Menurut Socrates, Keadilan tercipta bilamana warga negara
sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
 Kong Hu Cu
berpendapat bahwa Keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai
ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya.
Menurut W.J.S Poerwodarminto, kata adil berarti tidak berat
sebelah dan tidak semena - mena serta tidak memihak.
Secara umum, Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang
seimbang antara hak dan kewajiban. Berdasarkan kesadaran etis, kita diminta
untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban. Jika kita hanya
menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban, maka sikap dan tindakan kita akan
mengarah pada pemerasan dan memperbudak orang lain. Sebaliknya pula jika kita
hanya menjalankan kewajiban dan lupa menuntut hak, maka kita akan mudah
diperbudak atau diperas orang lain.
2.2 Keadilan Sosial 
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, keadilan mempunyai arti
sifat (perbuatan, perlakuan dsb ) yang tidak berat sebelah ( tidak memihak ).
Sedangkan sosial berarti segala sesuatu yang mengenai masyarakat,
kemasyarakatan atau perkumpulan yang bersifat dan bertujuan kemasyarakatan
(bukan dagang atau politik).
·       Makna Keadilan
Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan
tengah dari berbagai persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi
yang berbuat adil merupakan orang yang bijaksana.
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga
negara mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik
dalam hati dan tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya
adalah Pancasila menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun
walaupun berbeda keyakinan.
Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak
masyarakat untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia
yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan kata
lain,  ada sikap untuk menjunjung tinggi
martabat dan hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.
Sila Ketiga, Persatuan Indonesia;  menumbuhkan sikap masyarakat untuk mencintai
tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan
kepentingan-kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap
sesama warga negara.
Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawarahan/perwakilan; 
mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta dalam kehidupan
politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak langsung bersama
sesama warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan
masing-masing
Sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
mengajak masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan
kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi terwujudnya
kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin selengkap mungkin bagi
seluruh rakyat.
 2.3 Macam-Macam Keadilan
1.    Keadilan Legal
atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan
substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya.
Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut
sifat dasarnya paling cocok baginya (Than man behind the gun). Pendapat Plato
itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.
2.    Keadilan
Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana
bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama
secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally).
3.    Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan
kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas
pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung
ekstrim menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan
pertalian dalam masyarakat.
Contoh Kasus dari Komutatif : 
Dr.Sukartono dipanggil seorang pasien, Yanti namanya,
sebagai seorang dokter ia menjalankan tugasnya dengan baik. Sebaliknya Yanti
menanggapi lebih baik lagi. Akibatnya, hubungan mereka berubah dari dokter dan
pasien menjadi dua insan lain jenis saling mencintai. Bila dr. sukartono belum
berkeluarga mungkin keadaan akan baik saja, ada keadilan komutatif. Akan tetapi
karena dr. sukartono sudah berkeluarga, hubungan itu merusak situasi rumah
tangga, bahkan akan menghancurkan rumah tangga. Karena Dr.Sukartono melalaikan
kekewajibannya sebagai suami, sedangkan Yanti merusak rumah tangga Dr.Sukartono
2.4 Kejujuran 
 Kejujuran adalah
bagian dari harga diri yang harus dijaga karena 
bernilai tinggi. Kejujuran diikat dengan hati nurani manusia, dan
keduanya itu merupakan anugerah dari Allah Swt. Kejujuran merupakan sifat
manusia sejak awal tetapi untuk digunakan atau tidak suatu kejujuran itu
kembali ke pribadi itu sendiri
Dengan kejujuran ini sebagai hasilnya manusia meliki
kepercayaan dan harga diri yang tinggi. Dengan kita bicara jujur manusia
mendapat kepercayaan dari orang-orang disekitar serta dinilai baik dimata Tuhan
·       Hal” yang
dapat menghilangkan kejujuran :
1.    Bohong,
2.    Mencuri,
3.    Manipulasi,
4.    Inkar janji.
2.5 Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau
tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang
atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya
atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud
memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha.
Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin
menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang
yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya
hidup menderita.
·Jenis kecurangan
Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan menggambarkan
setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta
atau hak orang atau pihak lain.  Dua
kategori yang utama adalah pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan
aktiva.
1.    Pelaporan
Keuangan yang Curang
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau
pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para
pemakai laporan keuangan itu. Pengabaian jumlah kurang lazim dilakukan, tetapi
perusahaan dapat saja melebihsajikan laba dengan mengabaikan utang usaha dan
kewajiban lainnya.
2.    Penyalahgunaan
aktiva.
Penyalahgunaan (misappropriation) aktiva adalah kecurangan
yang melibatkan pencurian aktiva entitas. Pencurian aktiva perusahaan sering
kali mengkhawatirkan manajemen, tanpa memerhatikan materialitas jumlah yang
terkait, karena pencurian bernilai kecil menggunung seiring dengan berjalannya
waktu.
2.6 Pemulihan Nama Baik 
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup.
Nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah laku atau
perbuatannya.
tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa,
cara bergaul, sopan
santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan –
perbuatan yang
dihalalkan agama.
Pada hakekatnya, pemulihan nama baik adalah kesadaran
manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang telah diperbuatnya tidak
sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak.
Ada tiga macam godaan yang merusak nama baik, yaitu harta,
tahta, dan wanita.
Jalan yang dapat merusak nama baik antara lain, antara lain,
fitnah, membohong, suap, mencuri, merampok dan menempuh semua jalan yang
diharamkan.
Untuk memulihkan nama baik, manusia harus berubah menjadi
lebih baik dan minta maaf.
Untuk merehabilitasinya, hanya perlu dua langkah yang bisa
dilakukan:
1. Identifikasi penyebab rusaknya nama baik.
2. Lakukan upaya pemulihan
Cara untuk memulihkan nama baik:
- Bila kerusakan nama baik akibat suatu kesalahan, akuilah
kesalahan itu, lalu ungkapkan penyesalan dan permohonan maaf.
- Bila kerusakan nama akibat suatu kegagalan, jalan terbaik
adalah menebus kegagalan itu dengan mencapai prestasi lebih baik.
- Bila kerusakan nama baik akibat kesalahpahaman, carilah
jalan untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya.
- Bila kerusakan nama baik akibat fitnah, tunjukkan dengan
bukti dan fakta yang membantah fitnah itu.
2.7 Pembalasan 
 Pembalasan ialah
suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Dimana ada korban yang dirugikan atas
reaksi itu, pembalasan dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang
seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang.
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa
Tuhan akan memberikan pembalasan bagi orang-orang yang bertaqwa yaitu dengan
surga. Bagi yang tidak bertakwa kepada Tuhan diberikan pembalasan atau siksaan
dan bagi yang mengingkari perintah Tuhanpun diberikan pembalasan atau siksaan
api neraka.
Pembalasan disebabkan sifat dendam. Dendam merupakan sifat
yang di benci oleh tuhan, dan merupakan sifat tercela, sifat ini belum akan
merasa puas apabila diri kita belum membalaskan kekecewaan atau kekesalan hati
kita terhadap oarang yang melakukan kejahatan kepada kita.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keadilan merupakan pengakuan dan perbuatan yang seimbang
antara hak dan kewajiban, tidak semihak sebelah ataupun tidak sewenang-wenang.
Kejujuran berarti apa yang dikatakan seseorang itu sesuai
dengan hati nuraninya dan kenyataan yang benar. Kecurangan apa yang dilakukanya
tidak sesuai dengan hati nuraninya. Pembalasan suatu reaksi atas perbuatan
orang lain, baik berupa perbuatan yang serupa ataupun tidak.
3.2 Saran 
Janganlah kalian berlaku tidak adil terhadap orang lain.
Karena dengan berlaku adil anda  akan
mencapai ketentraman dan kemakmuran antar sesama manusia.
Sumber : 
Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta : Universitas Gunadarma