Posted by : Nurulaprn
Minggu, 30 April 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Didalam
diri setiap makhluk hidup, terutama manusia selalu menginginkan sebuah
keindahan. Sesuatu yang terlihat bagus, cantik, elok dan sebagainya. manusia
menginterpretasikan keindahan sangat luas, seluas keanekaragaman manusia
dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, social dan budaya.
Diantaranya pemandangan, rumah, tatanan, perabotan, suara, hasil seni bahkan
manusia itu sendiri. Karena itu keindahan dapat dikatakan merupakan bagian hidup
dari manusia.
Keindahan
identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan.
Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang
selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah.
Karena itu tiruan lukisan. Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar.
Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut
konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya
mengenai objek yang diungkapkan.
Keindahan
juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu
dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah, diantaranya:
A.
Pengertian
dari keindahan ?
B.
Apa
sebab manusia menciptakan keindahan?
C.
Pengertian
dari renungan dan teori-teorinya ?
D.
Pengertian
dari keserasian ?
E.
Hubungan
antara manusia dan keindahan
1.3 MAKSUD
DAN TUJUAN
Maksud
dan tujuan dari pembahasan makalah ini, yaitu agar manusia dapat mengetahui apa
itu keindahan serta dapat menginterpretasikan keindahan itu dengan baik sesuai
dengan teori dan pendukungnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DARI KEINDAHAN
Kata keindahan
berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan
sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni,
pemandangan alam, manusia, rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara, warna,
dan sebagainya. Keindahan identik dengan kebenaran dan kebenaran
identik dengan keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaotu abadi,
dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran
berarti tidak indah. Karena itu tiruan lukisan monalisa tidak indah, karena
dasarnya tidak indah. Keindahan juga bersifat Universal, artinya tidak terikat
oleh selera perorangan. Waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.
Menurut
cakupanya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas
abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Disamping itu
terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian, yakni:
A. Keindahan Dalam Arti Luas
A. Keindahan Dalam Arti Luas
Merupakan
pengertian semula dari bangsa yunani dulu ynag didalamnya tercakup
pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan
hukum yang indah, sedang aris toteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu
yang selain baik juga menyenangkan. Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya
adalah: keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan
intelektual
B. Keindahan
Dalam Arti Estetika Murni
Menyangkut
pengalaman estetis dari seseorang dalam hubunganya dalam segala
sesuatu yang diserapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan
sehingga hanya menyangkut benda-benda yang diserapnya dengan penglihatan,
yakni berupa keindahan dari bentuk warna.
C. Kontemplansi Dan
Ekspansi
Keindahan
dapat dinikmati menurut selera seni dan selera biasa.Keindahan yang didasarkan
pada selera seni didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi
adalah dasar dalm diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi
adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati
sesuatu yang indah. Apa bila kedua dasar uini digabungka dengan bentuk diluar
diri manusia, maka akan terjadi penilaiaan bahwa sesuatu itu indah. Apa bila
kontemplasi dan ekstensi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi
itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan. Sedangkan ekstansi itu
merupakan faktor pendorong untuk mersakn, menikmati keindahan,. Karena drajad
kontemplasi dan ekstansi itu berbeda-beda antara setiap manusia, maka tanggapan
terhadap keindahan karya seni juga berbeda-beda. Bagi seorang seniman selera
seni lebih dominan dibandingkan dengan orang bukan seniman. Bagi orang bukan
seniman mungkin faktor ekstansi lebih menonjol. Jadi ia lebih suka menimati
karya seni dari pada menciptakan karya seni. Dengan kata lain ia hanya mampu
menikmati keindahan tetapi tidak mampu menciptakan keindahan.
2.2 SEBAB MANUSIA
MENCIPTAKAN KEINDAHAN
Keindahan itu pada
dasarnya adalah sesuatu yang alamiah. Alam ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa
keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiah atinya wajar, tidak berlebihan dan juga
tidak kurang. Jika ada seseorang artis yang berperan dengan ekspresi yang
berlebihan atau tidak punya ekspresi
tentunya ini bukan keindahan yang sebenarnya, karena keindahan yang sebenarnya
adalah yang apa adanya, tidak dibuat-buat, tidak kurang maupun tidak
lebih. Pengungkapan keindahan pada
sesuatu adalah bagaimana kita mengkondisikannya dengan motivasi tertentu dan
dengan maksud tertentu.
Motivasi dan tujuan itu juga
bermacam-macam. Motivasi dapat berupa sebuah pengalaman atapun kenyataan
mengenai hal-hal yang pernah kita alami,
mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan perubahan nilai dan moral dalam
masyarakat, emngenai keagungan Tuhan,dll. Sedangkan tujuan itu sendiri dilihat
dari segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan manusia secara
kodrat. Berikut ini merupakan beberapa alasan mengenai tujuan dan motivasi seseorang
menciptakan keindahan :
1.
Tata niai yang telah usang
Tata nilai yang ada dalam adat
istiadatsudah tidak sesuai dengan kedaan sehingga dirasakan sehingga dirasakan
sebagai hambatan yang merugikan dan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Hal inilah
yang dianggap mengurangi nilai moral kehidupan masyarakat sehingga dapat
dikatakan sudah tak indah lagi. Oleh karena itulah manusia menciptakan nilai
nilai keindahan baru yang bersifat menghargai dan mengankat martabat manusia.
2.
Kemerosotan zaman
Keadaan yang merendahkan derajat dan
nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral.kemerosotan moral dapat
kita ketahui dari tingkah laku maupun perbuatan manusia yang sudah rusak
terutama mengenai tentang kebutuhan seksual. Hal yang seperti inilah dapat
dikatakan sudah tidak indah. Oleh karena itulah hal yang tidak indah semacam
ini perlu dihilangkan dengan mengungkapkan protes lewat karya seni, contohny
adalah sajak buatan WS rendra yang berjudul “Bersatulah Pelacur-Pelacur
Jakarta”.
3.
Penderitaan Manusia
Banyak faktor yang membuat manusia itu
mederita. Tetapi yang paling menentukan ialah faktor dari dalam dirinya
sendiri. Manusialah yang membuat orang menderita sebagai akibat nafsu ingin
berkuasa, tamak, tidak berhati-hati, dsb. Oleh karena itu, keadaan yang
demikian sudah tidak mempunyai daya tarik dan tidak menyenangkan. Karena nilai
nilai manusia yang telah terabaikan dan sudah dapat dikatakan tidak indah lagi.
Yang tidak indah seperti itu yang harus dihapuskan karena tidak bermanfaat bagi
manusia.
4.
Keagungan Tuhan
Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui
keindahan alam dan keteraturan alam semesta serta kejadian kejadian alam yang
pernah terjadi. Keindahan alam merupakan sesuatu yang mutlak ciptaan Tuhan dan
tidak ada satupun makhluk yang dapat menciptakan hal yang serupa. Karena tidak
dapat menciptakan hal serupa, oleh karena itulah manusia hanya bisa meniru
keindahan ciptaan Tuhan itu sendiri. Hal itulah juga yang menginspirasi
Leonardo da Vinci yang menciptakan karya seni lukisan fenomenal Monalisa karena
terinspirasi dari keindahan makhluk
ciptaan Tuhan.
2.3 PENGERTIAN
RENUNGAN DAN TEORI-TEORINYA
Renungan
berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan
sesuatu dengan dalam-dalam. Teori yang digunakan dalam renungan, dintaranya:
A. Teori Pengungkapan
Seni adalah suatu
pengungkapan dari perasaan manusia. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal
ialah filsufi Italia BENDETO CROCE (1886-1952)
Dengan karyanya yang
telah diterjemahkan kedalam bahasa inggris. Beliau antara lain menyatakan bahwa
seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan. Expression sama dengan intuition.
Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan
entang hal-hal individuil yang menghasilkan gambaran angan-angan. Dengan
demikian pengungkapan itu berwujud berbagai gambaran angan-angan seperti
misalnya images warna, garis dan kata. Bagi seseorang pengungkapan berarti
menciptakan seni dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan keluar.
B.
Teori Metafisik
Teori seni yang
bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari
plato yang karya-karya tulisanya untuk sebagian membahas estetik filsafati,
konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan
suatu teori peniruan. Ini sesuai dengan metafisika plato yang mengendalikan adanya
dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai taraf kuasa ilahi. Dalam jaman
modern suatu teori seni lainya yang juga bercorak meta fisis dikemukakan olem
filsufi ARTHUR SCHOPENHAUR (1788-1860). Menurut beliau seni adalah suatu bentuk
dari pemahaman terhadap realita. dan realita yang sejati adalah suatu keinginan
yang sementara.
C.
Teori Psikologis
Teori psikologis lebih
luas cakupannya dibanding teori sebelumnya yaitu teori biologis dan psikologis,
karena teori ini dipengaruhi oleh biologi dan sosiologi. Oleh karena itu
psikologis pada lansia tidak dapat dipisahkan dari pengaruh biologis dan
sosiologis. Ketika seseorang menua secara psikologis, berbagai perubahan
adaptif terjadi yang membantu seseorang untuk menerima beberapa perubahan biologis.
Beberapa mekanisme adaptif meliputi memori, kapasitas belajar, perasaan, fungsi
intelektual, dan motivasi untuk melakukan atau tidak melakkan suatu aktivitas.
Oleh karena itu, penuaan psikologis tidak hanya meliputi perubahan tingkah lalu
tetapi juga aspek perkembangan yang berhubungan dengan hidup seorang lansia.
Berdasarkan teori ini,
masing-masing individu memiliki hirarki internal
kebutuhan yang
memotivasi semua tingkah lalu manusia. Kebutuhan manusia ini memiliki perbedaan
urutan prioritas.
2.4 PENGERTIAN
KESERASIAN
Keserasian
yaitu perpaduan antara dua objek entah itu benda ataupun makhluk hidup yang
berbeda namun berjalan dan bergerak ataupun terlihat sangat indah sehingga
banyak mata yang ingin melihat,karena perbedaan nya yang mebuat objek tersebut
menjadi Indah.Apabila di pisahkan maka tidak akan terlihat indah.
Keserasian sendiri berasal dari kata
cocok,dan sesuai benar.Keserasian erat sangkut pautnya dengan
perpaduan.keserasian mempunya 2 teori yaitu:
A. Teori Objektif dan Subjektif
The Liang Gie dalam
bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua
teori, yakni teori obyektif dan teori subyektif
Teori objektif
berpendapat, bahwa keindahan adalah sifat yang memang telah melekat pada bentuk
indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.
Teori subjektif
menyatakan bahwa ciri-ciri yang meciptakan keindahan itu tidak ada, yang ada
hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati suatu benda. Adanya
keindahan semata-mata tergantung pada penyerapan dari si pengamat itu. Kalaupun
dinyatakan bahwa suatu benda mempunyai nilai estetik sebagai tanggapan terhadap
bendah indah itu.
B. Teori Perimbangan
Dalam arti yang
terbatas yakni secara kualitatif yang di ungkapkan dengan angka-angka,
keindahan hanyalah kesan yang subjectif sifatnya dan berpendapat bahwa
keindahan sesungguhnya tercipta dan tidak ada keteraturan yakni tersusun dari
daya hidup, penggembaraan, dan pelimpahan.
2.5 HUBUNGAN
ANTARA MANUSIA DENGAN KEINDAHAN
Manusia
memiliki lima komponen yang secara otomatis dimiliki ketika manusia tersebut
dilahirkan. Ke-lima komponen tersebut adalah nafsu, akal, hati, ruh, dan sirri
(rahasia ilahi). Dengan modal yang telah diberikan kepada manusia itulah
(nafsu, akal dan hati) akhirnya manusia tidak dapat dipisahkan dengan sesuatu
yang disebut dengan keindahan. Dengan akal, manusia memiliki
keinginan-keinginan yang menyenangkan (walaupun hanya untuk dirinya sendiri)
dalam ruang renungannya, dengan akal pikiran manusia melakukan kontemplasi
komprehensif guna mencari nilai-nilai, makna, manfaat, dan tujuan dari suatu
penciptaan yang endingnya pada kepuasan, dimana kepuasan ini juga merupakan
salah satu indikator dari keindahan.
Sesuai
dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka kehendak atau
keinginan manusia itu pun bersifat demikian. Jumlahnya tak terbatas. Tetapi
jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah pasti yakni untuk menciptakan
kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan hatinya. Sudah bukan rahasia lagi
bahwa “yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap manusia itu tidak
lain hanyalah sesuatu yang “baik”, yang “indah”. Maka “keindahan pada
hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia, karena dengan keindahan itu
manusia merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana keindahan itu perasaan (kemanusiaannya)
tidak terganggu.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa :
. Manusia pada
hakikatnya tidak akan dapat terpisahkan dari Keindahan, karena keindahan
merupakan kebutuhan bagi manusia untuk kehidupannya.
. Keindahan dalam arti
luas, menurut The Liang Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan. Keindahan
Dalam arti estetika murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Keindahan dalam arti
terbatas mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut
benda-benda yang dapat diserap dengan Indera Penglihatan, yakni berupa
keindahan bentuk dan warna.
. Keindahan memiliki segi kualitas dan
kuantitasnya tersendiri sesuai dengan pemikiran manusia, dan keindahan memiliki
arti yang universal.
. Untuk menciptakan
suatu keindahan, kita bisa mengetahui tentang keserasian (perpaduan dari dua
objek yang indah dilihat).
3.4 Saran
Dengan pembahasan
makalah tentang manusia dan keindahan ini, dapat menambah wawasan kita tentang
keindahan sesuai dengan teorinya dan dapat mengimplementasikan sebuah keindahan
dari segi positif yang ada pada saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Widyo dan
Muchji Achmad. 1996. Ilmu Budaya Dasar.Penerbit:Gunadarma
P. Suyadi. Drs. 1984. Materi
Pokok IBD. Penerbit:Depdikbud. Jakarta
Dr.M.Munandar
Solaeman. 2005. Ilmu Budaya Dasar : Suatu
pengantar. Penerbit:Refika Aditama